Tema postingan kali ini termasuk kategori yang sudah basi alias sudah umum, yaitu tentang salah satu fenemona mistik di pulau dewata, Bali. Pulau yang selain populer dengan keindahan alamnya ini, juga menyimpan berbagai budaya beraroma mistik. Salah satu yang paling populer adalah tentang manusia jadi-jadian, yang dikenal dengan istilah Leak. Satu yang pasti adalah fenomena leak merupakan salah satu realitas kehidupan masyarakat pemeluk Hindu di Pulau Dewata yang penuh dengan atmosfir mistis dan magis.
Menurut cerita-cerita yang guw denger, mereka, para Leak ini, menyembah Sang Bethari Durga, dan ilmu ini erat kaitannya dengan kisah cerita Calonarang. Ilmu perleakan umumnya dibagi dua, ada Leak hitam yg biasanya di gunakan buat santet, ada juga Leak putih, yang di gunakan buat pengobatan. Ilmu leak tersebut enggak bakal habis tujuh turunan, artinya akan terus diwariskan ke anak-cucu si Leak tsb.
Salah satu dari master Leak di Bali yang diakui kehebatannya adalah Jero Mangku Teja (berasal dari desa Bangbang, Kabupaten Bangli). Dia ini adalah seorang seniman tari Calonarang yang biasa memerankan Leak, tokoh beraliran hitam berwujud Bhutaatau Rhande. Konon, epos Calonarang ini diadopsi dari cerita sejarah kerajaan Hindu Daha Kediri, Jawa Timur, yang mengajarkan makna ajaran hidup manusia. Dalam ajaran Hindu di yakini ada rwa bhineda, dua sisi kehidupan manusia yang tak terpisahkan, yakni dharma dan adharma atau perbuatan baik dan buruk. Oleh tarian itu, perbuatan baik dipersonifikasikan dalam wujud barong jelmaan Dewa Wisnu melawan perbuatan buruk Rhande atau Bethari Durga yang berwajah seram dengan gigi taring meruncing dan lidah memanjang.
Kembali ke soal Mangku Teja, dia ini tidak sedikit telah mentransfer ilmu pengleakan kepada orang-orang yang belajar ilmu Leak. Namun, Mangku Teja bukanlah, atau tidak menggunakan ilmu Leaknya untuk menyakiti orang, dia justru malah sebaliknya seringkali menggunakan ilmu leaknya untuk mengobati orang yang menderita berbagai macam jenis penyakit, mulai dari penyakit ringan sampai yang berat seperti kanker. Dari sana sebenarnya dapet dibuat sebuah kesimpulan “sementara ” bahwa ilmu pangleakan bukan selamanya menjadi ilmu sesat untuk mencelakai orang. Tetapi ilmu yang juga dapat digunakan untuk kebaikan, sama halnya dengan ilmu putih. Semua tergantung pada manusia yang menggunakannya.
Kalo kata temen guw, seorang muslim bali, dia belum pernah sekalipun melihat penampakan manusia jadi-jadian atau wujud leak ini, yang dia liat hanya berupa sinar merah menyala berukuran jumbo. Memang tidak semua orang mampu melihat wujud leak dalam berbagai rupa, karena menurut keyakinan yang berkembang di Bali, yang bisa melihat wujud Leak adalah mereka yang termasuk ke dalam kelompok darah nyem (dingin), sebaliknya yang tidak bisa melihat wujud Leak adalah yang termasuk berdarah panas.
Konon jenis leak Hitam yang paling ganas berwujud garuda, tepatnya manusia bertubuh tinggi besar dengan kepala berbentuk kepala burung garuda, bermata merah, dan kakinyapun berbentuk kaki burung garuda, serta mempunyai sayap. Leak garuda ini biasanya terbang kemudian menangkap mangsanya hidup-hidup berupa manusia, yang setelah ditangkapnya kemudian dibawa terbang dan lantas dilahapnya.
Yang jelas lebih baik mempelajari hal-hal yang positif dan nggak memiliki resiko permanen, daripada mempelajari ilmu leak yang akan terus diwariskan ke anak-cucu sampai waktu yang tak terhingga. Dan jangan lupa, hanya kepada Tuhan sajalah tempat kita berlindung dari segala macam godaan setan yang terkutuk.
Pada zaman sekarang ini orang bertanya-tanya apa betul leak itu ada?, apa betul leak itu menyakiti?
Secara umum leak itu tidak menyakiti, leak itu proses ilmu yang cukup bagus bagi yang berminat.
Karena ilmu leak juga mempunyai etika-etika tersendiri.
Filosofi Leak Ngendih di Bali Tidak gampang mempelajari ilmu leak.
Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak.
Di masyarakat sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa membunuh manusia, padahal tidak seperti itu.
Ilmu leak juga sama dengan ilmu yang lainnya yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali.
Dulu ilmu leak tidak sembarangan orang mempelajari, karena ilmu leak merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh.
Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya.
Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar.
Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang rahasia.
Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari.
Namun zaman telah berubah otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya.
Namun esensinya sama dalam penerapan.
Yang jelas ilmu leak tidak menyakiti.
Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul, ilmu inilah yang disebut pengiwa.
Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat seringkali dicap sebagai ilmu leak.
Seperti yang dikatakan diatas leak itu memang ada sesuai dengan tingkatan ilmunya termasuk dengan endih leak.
Endih leak ini biasanya muncul pada saat mereka lagi latihan atau lagi bercengkrama dengan leak lainnya baik sejenis maupun lawan jenis.
Munculnya endih itu pada saat malam hari khususnya tengah malam.
Harinya pun hari tertentu tidak sembarangan orang menjalankan untuk melakukan ilmu tersebut.
Mengapa ditempat angker?
Ini sesuai dengan ilmu leak dimana orang yang mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan atau di tempat sepi.
Endih ini bisa berupa fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang mempelajarinya.
Untuk yang baru-baru belajar, endih itu adalah lidahnya sendiri dengan menggunakan mantra atau dengan sarana.
Dalam menjalankan ilmu ini dibutuhkan sedikit upacara.
Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau intisari jiwa ilmu leak.
Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya. Yang berjalan hanya jiwa atau suksma sendiri.
Bentuk endih leak ini beraneka ragam sesuai dengan tingkatannya.
Ada seperti bola, kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai).
Ilmu ini juga memegang etika yang harus dipatuhi oleh penganutnya.
Filosofi Leak Ngendih di Bali Endih leak ini tidak sama dengan sinar penerangan lainnya, kalau endih leak ini biasanya tergantung dari yang melihatnya.
Kalau yang pernah melihatnya, endih berjalan sesuai dengan arah mata angin, endih ini kelap-kelip tidak seperti penerangan lainnya hanya diam.
Warnanya pun berbeda, kalau endih leak itu melebihi dari satu warna dan endih itu berjalan sedangkan penerangan biasanya warna satu dan diam.
Karena endih leak ini memiliki sifat gelombang elektromagnetik mempunyai daya magnet.
Ilmu leak tidak menyakiti.
Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas.
Bersikap sewajarnya saja.
Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan.
Endih ini tidak menyebabkan panas.
Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda.
Endih leak bersifat niskala, tidak bisa dijamah.
No comments:
Post a Comment